Nama
: Nugroho Tri Atmojo
Npm
: 15209990
Kls : 4 EA 16
Tugas keTiga : PRINSIP
ETIS DALAM BERBISNIS
Mata kuliah : Etika Bisnis #
Dosen : Sri Murtiasih
2.1 Pendahuluan
Perkembangan
bisnis saat ini telah memasuki era globalisasi, dimana terjadi pergerakan komoditas, modal, dan
juga manusia yang seolah tanpa batas menembus
ke segala penjuru dunia. Modal paling utama dalam bisnis adalah nama dan kepercayaan. Ukuran etika dan sopan
santun dalam dunia bisnis sangatlah
keras, kalaulah ada pengusaha yang melanggar etika, mereka lebih banyak mendapat hukuman dari masyarakat,
dibandingkan dari pemerintah. Karena pada dasarnya juga masyarakat
bisnis itu punya jaringan tersendiri, yang sangat luas dan efektif, sehingga
setiap pengusaha yang berbuat curang atau
tidak etis, maka namanya akan segera tersiar, hal itu tentunya akan merusak
nama baiknya sendiri.
Terjadinya krisis multi dimensional
beberapa tahun terakhir menjadikan etika
bisnis sebagai sorotan dan perhatian dari masyarakat dan para pengamat.
Tuntutan masyarakat akan etika dan tolok ukur etika meningkat. hal ini disebabkan pula oleh pengungkapan dan publikasi,
kepedulian publik, regulasi pemerintah, kesadaran CEO akan etika dan
profesionalisme bisnis meningkat Ferdy
(1998) mengutip Cassese menyebutkan bebcrapa alasan perusahaan yang mempunyai orientasi laba menaruh
perhatian pada etika bisnis.
(1)
Tekanan dari
konsumen.
(2)
Persaingan.
(3)
Perubahan
nilai sosial.
2.2 Prinsip dalam Berbisnis
Secara umum, prinsip-prinsip yang
dipakai dalam bisnis tidak akan pernah lepas dari kehidupan keseharian kita.
Namun prinsip-prinsip yang berlaku dalam bisnis sesungguhnya adalah
implementasi dari prinsip etika pada umumnya.
2.2.1 Prinsip
Otonomi
Dalam kaitan
ini salah satu contohnya perusahaan memiliki kewajiban terhadap para pelanggan, diantaranya
adalah:
1.
Memberikan produk dan jasa dengan kualitas yang terbaik
dan sesuai dengan
tuntutan
mereka;
2.
Memperlakukan pelanggan secara adil dalam semua
transaksi, termasuk pelayanan
yang tinggi dan memperbaiki ketidakpuasan mereka;
3. Membuat setiap usaha menjamin mengenai kesehatan dan keselamatan pelanggan,
demikian juga kualitas Iingkungan mereka, akan dijaga kelangsungannyadan ditingkatkan
terhadap produk dan jasa perusahaan;
4. Perusahaan harus menghormati martabat manusia dalam
menawarkan, memasarkan dan mengiklankan produk.
2.2.2 Prinsip
Kejujuran
Bisnis tidak
akan bertahan lama jika tidak ada kejujuran, karena kejujuran merupakan modal utama untuk
memperoleh kepercayaan dari mitra bisnis-nya,
baik berupa kepercayaan komersial, material, maupun moril. Kejujuran menuntut
adanya keterbukaan dan kebenaran. Terdapat tiga lingkup kegiatan bisnis yang berkaitan dengan kejujuran:
1. Kejujuran relevan dalam pemenuhan
syarat-syarat perjanjian dan kontrak. Pelaku
bisnis disini secara a priori saling percaya satu sama lain, bahwa masing-masing pihak jujur melaksanakan
janjinya. Karena jika salah satu pihak
melanggar, maka tidak mungkin lagi pihak yang dicuranginya mau bekerjasama lagi, dan pihak pengusaha lainnya akan tahu
dan tentunya malas berbisnis dengan pihak yang bertindak curang tersebut.
2. Kejujuran
relevan dengan penawaran barang dan jasa dengan mutu dan harga yang baik.
Kepercayaan konsumen adalah prinsip pokok dalam berbisnis. Karena jika ada konsumen yang
merasa tertipu, tentunya hal tersebut akan rnenyebar yang menyebabkan konsumen
tersebut beralih ke produk lain.
3. Kejujuran
relevan dalam hubungan kerja intern dalam suatu perusahaan yaitu antara
pemberi kerja
dan pekerja, dan berkait dengan
kepercayaan. Perusahaan akan hancur jika kejujuran karyawan ataupun atasannya
tidak terjaga.
2.2.3 Prinsip
Keadilan
Salah satu
teori mengenai keadilan yang dikemukakan oleh Aristoteles adalah:
1. Keadilan legal. Ini menyangkut
hubungan antara individu atau kelompok masyarakat dengan negara. Semua pihak dijamin untuk mendapat perlakuan yangsama sesuai dengan hukum yang berlaku. Secara khusus dalam bidang bisnis,
keadilan legal menuntut agar Negara bersikap netral dalam memperlakukan
semua pelaku ekonomi, negara menjamin
kegiatan bisnis yang sehat dan baik dengan mengeluarkan aturan dan hukum bisnis
yang berlaku secara sama bagi semua
pelaku bisnis.
2. Keadilan komunitatif. Keadilan ini mengatur
hubungan yang adil antara orang yang satu
dan yang lain. Keadilan ini menyangkut hubungan vertikal antara negara
dan warga negara, dan hubungan horizontal antar warga negara. Dalam bisnis keadilan ini berlaku sebagai kejadian tukar,
yaitu menyangkut pertukaran yang fair antara pihak-pihak yang terlibat.
3. Keadilan distributif. Atau disebut
juga keadilan ekonomi, yaitu distribusi
ekonomi yang merata atau dianggap adil bagi semua warga negara. Dalam dunia bisnis keadilan ini berkaitan dengan prinsip perlakuan yang sama sesuai dengan aturan dan
ketentuan dalam perusahaan yang juga adil dan baik.
2.2.4 Prinsip
Saling Menguntungkan
Prinsip ini
menuntut agar semua pihak berusaha untuk saling menguntungkan satu
sama lain. Dalam dunia bisnis, prinsip ini menuntut persaingan bisnis haruslah
bisa melahirkan suatu win-win situation.
2.3 Menjalankan Bisnis Secara Etis dan
Bertanggung Jawab
2.3.1 Peranan
Nilai dalam Etika Bisnis
Dalam teori
etika, kedudukan nilai (value) sangat krusial dan strategis. Karena
dengan nilailah orang-orang dapat dipersatukan untuk mencapai suatu tujuan
yang diharapkan dan dengan nilai pula konflik dapat terjadi dan diselesaikan.
Sebagai bagian dari aksiologi dalam filsafat, etika mengakomodasikan
berbagai nilai yang berkembang di tengah-tengah masyarakat. Nilai hanya ada
dalam kehidupan manusia.
Dalam etika
bisnis nilai itu dapat berarti apa yang baik dan apa yang buruk dilakukan
oleh para partisipan bisnis dalam mencapai tujuannya, melalui berbagai
aktivitas bisnisnya. Dalam hal ini baik buruk tidak saja diukur dari kepentingan pencapaian
tujuan bisnis perusahaan, tetapi juga sekaligus
bagi kepentingan para stakeholder dan masyarakatnya. Sebagai suatu
organisasi, lembaga bisnis tentu mempekerjakan orang-orang dan karenanya nilai
dalam bisnis dapat berbentuk nilai perseorangan (personal value) dan
nilai-nilai kelompok (group value) dan organisasional (organizational value).
Manusia dalam
organisasi bisnis, memperoleh nilai (Value Added) merupakan
suatu harapan, dengan menganut nilai-nilai terminal dan nilai inkrementai. Nilai terminal
(Terminal Value) adalah keadaan yang diinginkan seseorang dari bisnisnya baik sebagai nilai yang dimaknai sebagai kepercayaan bersama atau norma kelompok
yang telah diserap (internalized) oleh individu (berupa modifikasi), norma yang
dimaknai sebagai kepercayaan yang
dianut dengan konsensus dari suatu kelompok sehubungan dengan kaidah
prilaku untuk anggota
individual pekerja karyawan) sebagai mitra kerja, maupun pemilik
usaha atau pebisnisnya. Termasuk dalam
nilai-nilai terminal ini antara lain adalah sesuatu yang indah, persamaan hak, kebijaksanaan, dan
kenyamanan hidupnya.
Sedangkan Nilai
Inkremental (Incremental Value) adalah cara bertingkah laku
yang diinginkan untuk mencapai nilai terminal. Dalam hal ini kedudukan nilai
inkremental lebih merupakan suatu prosesi yang diharapkan dari seseorang dalam
mendukung pencapaian tujuan bersama dari bisnis yang diselenggarakan. Contoh
dari nilai inkremental adalah tingkah laku sopan, bertanggung jawab, pengendalian diri,
pengendalian emosi dan sikap ambisi.
Sumber :
Ernawan, Erni. 2011. Business
Ethics. Penerbit: Alfabeta. Bandung
http://apriyantihusain.blogspot.com/2012/04/prinsip-etis-dalam-berbisnis.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar